Profil Imam Ar-Rabi’
Sang Perawi Al Musnad[1]
Beliau adalah Ar-Rabi’ bin Sulaiman bin Abdul Jabbar bin
Kamil, seorang imam, ahli hadits, pakar fikih, ulama besar dan tokoh ulama yang
masih tersisa, Abu Muhammad Al Muradi, Maula mereka, Al Mishri Al Muadzdzin.
Beliau adalah teman imam Asy-Syafi’i dan orang yang mentransfer ilmu darinya, syaikhnya
para muadzin di masjid Jami’ Al Fusthath dan orang yang meminta pendiktean
kepada syaikh-syaikh pada masanya.
A. Kelahiran
Ar-Rabi’ dilahirkan pada tahun 174 Hijriyah atau satu
tahun sebelumnya (173).
B. Menuntut
Ilmu & Komentar Para Ulama Terhadapnya
Ar-Rabi’ Al Muradi termasuk salah seorang ulama besar
karena beliau mencapai kedudukan tinggi dan terkenal, dan banyak ulama-ulama
Hadits yang berdesak-desakan untuk menimba ilmunya.
Beliau bukan ulama yang suka bepergian. Mengenai riwayat
bahwa Asy-Syafi’i mengutusnya ke Baghdad untuk
menyampaikan surat
kepada Ahmad bin Hambal, riwayat ini tidak benar.
Beliau mendengar (hadits) dari: Abdullah bin Wahb, Bisyr
bin Bakr At-Tinnisi, Ayyub bin Suwaid Ar-Ramli, Muhammad bin Idris Al
Muththalibi, Yahya bin Hassan, Asad As-Sunnah, Sa’id bin Abi Maryam, Abu Shalih
dan beberapa ulama lainnya.
Beliau dianugerahi umur panjang dan namanya terkenal.
Banyak ulama hadits yang berbondong-bondong untuk menimba ilmunya. Beliau
adalah sebaik-baik syaikh karena menghabiskan umurnya untuk menyebarkan ilmu
pengetahuan.
An-Nasa‘i dan tokoh-tokoh lainnya berkata, “Beliau orang
yang tidak cacat.”
Abu Sa’id bin Yunus dan tokoh-tokoh lainnya berkata, “Tsiqah.”
Mereka meriwayatkan dari Ar-Rabi’ bahwa dia berkata,
“Semua Muhaddits yang meriwayatkan hadits di Mesir setelah Ibnu Wahb, aku-lah
yang minta pendiktean kepadanya.”
Ali bin Qudaid Al Mishri berkata, “Ar-Rabi’ membaca
dengan dialek.”
Diriwayatkan dari Asy-Syafi’i bahwa beliau berkata kepada
Ar-Rabi’, “Andai saja aku bisa memberimu makan dengan ilmu, pasti aku akan
memberimu makan dengannya.”
Beliau (Asy-Syafi’i) juga berkata, “Ar-Rabi’ adalah
perawi kitab-kitabku.”
Abu Umar bin Abdul Barr berkata, “Muhammad bin Ismail
At-Tirmidzi menyebut nama-nama ulama yang mengambil (meriwayatkan) kitab-kitab
Asy-Syafi’i dari Ar-Rabi’ dan mereka yang pergi untuk menemuinya dari berbagai
penjuru. Ternyata nama yang dia sebut jumlahnya mencapai sekitar 200 orang.”
Abu Umar berkata, “Sebelum Ar-Rabi’, tidak ada yang
mengumandangkan adzan di menara masjid Jami’ Mesir. Tokoh-tokoh yang mengadakan
Rihlah untuk menemuinya adalah untuk mendapatkan kitab-kitab
Asy-Syafi’i, dan dalam Rihlah tersebut ada yang selamat dan ada yang
lengah. Tapi dia tidak fokus dalam masalah fikih.”
Adz-Dzahabi berkata, “Dia termasuk salah seorang ulama
besar, tapi tidak sampai pada level Al Muzani, sebagaimana Al Muzani juga tidak
sampai pada level Ar-Rabi’ dalam bidang hadits. Abu Isa dalam Jami’-nya
meriwayatkan dari Ar-Rabi’ dengan Ijazah. Kami telah mendengar dari
jalurnya “Al Musnad” karya Asy-Syafi’i yang disaring oleh Abu Al Abbas Al Asham
dari kitab Al Umm untuk memberi semangat agar melakukan Rihlah
guna mendapatkan riwayatnya, karena bagaimanapun Asy-Syafi’i tidak mengarang Al
Musnad.”
Dikatakan bahwa syair ini susunan Ar-Rabi’:
Bersabarlah! Alangkah cepatnya jalan keluar
Barangsiapa membenarkan Allah dalam sesuatu
Dia akan selamat
Barangsiapa takut kepada Allah
Dia tidak akan tertimpa mara bahaya
Barangsiapa berharap kepada Allah
Dia akan mendapatkan apa yang diharapkannya
C. Wafatnya
Abu Ja’far Ath-Thahawi berkata, “Ar-Rabi’, muadzin masjid
Jami’ Al Fusthath wafat pada hari Senin dan dimakamkan pada hari Selasa tanggal
21 Syawwal tahun 207 Hijriyah dan dishalati oleh Amir Khumaruwaih –Gubernur
Mesir saat itu- dan putra temannya, Ahmad bin Thulun.”
Referensi: Musnad Imam Ahmad
Sumber link asli: http://panduan-hukum-islam.blogspot.com/
[1] Lih. Biografinya adalah: As-Siyar (12/587),
Al Jarh Wa At-Ta’dil (3/464), Thabaqat Al Fuqaha karya
Asy-Syairazi Hal. 79, Tahdzib Al Kamal Hal. 407, 408, Tahdzib
At-Tahdzib (1/219, 3/245, 246), Tadzkiratu Al Huffazh (2/586, 587), Al
’Ibar (2/45), Thabaqat Asy-Syafi’iyyah karya As-Subki (2/132, 139), Al
Bidayah Wa An-Nihayah (11/148), Thabaqat Al Huffazh Hal. 252, Syadzarat
Adz-Dzahab (2/159), Al Muntazhim (5/77).
Terjemahnya kurang enak susunannya.
ReplyDelete